watercolor and drawing pen on paper |
daily postcard day 66.
Siang ini seorang kerabat meninggal tiba-tiba.
Semua tak percaya. Sejam sebelum kematiannya ia masih bercanda, mengobrol bersama teman-temannya. Lalu saat hendak sholat dzuhur, tiba-tiba saja ia terjatuh dan tiada.
Saya hanya bisa terdiam, memaksa otak saya memutar memori tentang dia.
Tentang mendiang yang setiap sore datang dengan motornya, menjemput sang istri pulang dari kerja.
Tentang kumisnya yang selalu dijadikan bahan candaan.
Tentang kebaikannya.
Tentang ketiadaanya: bagaimana jadinya setelah ia tiada?
Kematian di siang ini kembali menyadarkan saya tentang keterbatasan usia.
Tuhan meminjamkan kita nyawa dengan batas waktu yang berbeda-beda.
Dengan jumlah butiran pasir yang tak sama.
Kita bersenang-senang, melupakan bahwa nyawa ini hanya pinjaman.
Melupakan butiran pasir itu terus jatuh tanpa henti.
Semakin lama kita menjalani hidup, semakin sedikit pasir yang kita punya.
Semakin sedikit jatah usia kita.
Dan saat butir terakhir jatuh, sudah siapkah kita?
Mari merenung, dan mulai bersiap-siap.
Karena tak ada yang tahu berapa banyak butiran pasir yang masih kita punya.
Hug, Rani.
for further information please contact me at
rani.a.herawan@gmail.com
@anggraini_craft
Great post.. Thanks for sharing n reminding :)
BalasHapus